HALOSULSEL.COM, WAJO - Empat kader Forum Pemuda Wajo (FPW) kini mengaktualisasikan tujuannya untuk memajukan daerah masing-masing, dengan memobilisasi potensi desa. Dengan latar aktivisme yang kental, empat direktur BUMDes ini membawa optimisme baru, dengan memanfaatkan jaringan dan semangat pemberdayaan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Di Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, adalah Ketua Umum FPW, Akbar Ali sebagai Direktur BUMDes Alelebbae, dan Dewan Pembina FPW, Rudi Amin sebagai Direktur BUMDes Tellesang. Di Kecamatan Larompong Selatan, Kabupaten Luwu, adalah Ketua Harian FPW, Muh Asdar Asmar sebagai Direktur BUMDes Gandang Batu dan Dewan Penasehat FPW, Muhammad Arfan sebagai Direktur BUMDes Laloa.
Secara umum, usaha yang dijalankan sejauh ini berupa upaya menjaga ketahanan pangan, dengan melakukan penggemukan sapi dan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok. Program tersebut sesuai dengan regulasi Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2024 dan Keputusan Menteri Desa PDTT Nomor 3 Tahun 2025 yakni fokus dana desa tahun 2025 salah satunya dukungan program ketahanan pangan.
Namun, inovasi-inovasi lain sedang dipersiapkan untuk menstimulus perekonomian yang lebih inklusif di tingkat akar rumput.
"Ide dan Inovasi sedang kami rumuskan, seperti di Gandang Batu, potensi pariwisata sangat menjanjikan dikelola, sisa bagaimna pemerintah mau mengucurkan dana ke BUMDes," kata Asdar, Senin, 13 Oktober 2025.
Lulusan Universitas Indonesia Timur itu menambahakan, sebagai awal, kepengurusannya di tahun pertama memaksimalkan pengelolaan anggaran 20 persen untuk ketahanan pangan.
Penggemukan sapi dipilih, lantaran melihat potensi dan peluang yang ada. Sebab, permintaan daging sapi senantiasa stabil dan meningkat. Apalagi untuk hajatan dan pesta rakyat yang kerap digelar.
"BUMDes Nakita Mata hadir sebagai tempat penjualan sapi potong yang akses sangat terjangkau sehingga bisa mengurangi biaya untuk ongkos pengiriman yang biasa diambil di luar daerah, semoga adanya penggemukan sapi ini bisa bermanfaat untuk masyarakat dan selaras dengan program pemerintah Presiden Prabowo," katanya.
Di Desa Tellesang sendiri, Rudi Amin mencoba menggabungkan secara tematik upaya ketahanan pangan dengan program penggemukan sapi dan budidaya ikan nila dengam sistem bioflok.
"Sesuai hasil musyawarah desa maka ditetapkanlah kegiatan tersebut untuk dijalankan, dengan melihat potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki baik luas lahan dan ketersediaan pakan," kata Rudi.
Potensi kolaborasi di masa mendatang
Dengan kesamaan latar belakang aktivisme, jaringan yang luas, dan tujuan yang sama untuk memaksimalkan potensi desa masing-masing, kolaborasi dan kerja sama adalah keniscayaan.
"Kami memikirkan kolaborasi ke depannya, dengan visi yang sama, mewujudkan wadah silaturrahmi. Seperti bagaimana melibatkan pemuda-pemuda kreatif untuk mewujudkan desa yang inovatif, kegiatan kepemimpinan anak muda di era digital sangat memungkinakan digarap," kata Akbar Ali.
Direktur BUMDes Alelebbae tersebut juga berharap bahwa kedepannya, program-program desa tidak hanya milik generasi boomers, tetapi milik semua kalangan sehingga cita-cita mewujudkan ekonomi yang inklusif bukan isapan jempol belaka.
Di tangan generasi milenial, ada harapan baru mengubah wajah BUMDes yang kerap dianggap kolot dan ketinggalan zaman, serta kerap mangkrak tanpa arah. Dengan kacamata yang lebih luas serta kolaboratif yang matang, potensi-potensi desa makin terekspos, geliat ekonomi makin tinggi, hingga kesejahteraan dan keadilan sosial dapat tercapai.
Melihat kembali visi FPW, yakni terwujudnya tatanan sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang adil sehingga menjamin hak-hak masyarakat atas sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan, bukan tidak mungkin pemuda-pemuda yang kini diberikan amanah tersebut dapat mewujudkan hal tersebut. (Abdi)