HALOSULSEL.COM, MAROS - Harga beras lokal di Pasar Batangase, Kecamatan Mandai, melonjak tajam sejak Mei 2025. Kenaikan harga yang mencapai hampir dua kali lipat ini membuat daya beli masyarakat menurun drastis dan pedagang kehilangan omset.
Hayati (42), pedagang di pasar tersebut, mengungkapkan bahwa harga beras lokal yang biasa ia peroleh dengan harga Rp 8.000 per kilogram kini sudah mencapai Rp 15.000. Kondisi ini menurutnya tidak hanya membuat pembeli enggan membeli dalam jumlah besar, tapi juga mempersulit pasokan di tingkat pedagang.
“Barangnya mulai langka, biasanya saya bisa jual sampai 100 kilogram sehari. Sekarang paling 30 kilogram,” kata Hayati, Selasa 29 Juli 2025.
Ia menduga, terganggunya distribusi dari daerah penghasil seperti Jeneponto dan Pinrang akibat banjir menjadi penyebab utama kelangkaan dan kenaikan harga.
Tak hanya beras, sejumlah kebutuhan pokok lain juga terpantau mengalami kenaikan. Kacang tanah, misalnya, naik dari Rp27.000 menjadi Rp30.000 per kilogram.
Suryani (36), seorang ibu rumah tangga yang ditemui saat berbelanja, menyebut lonjakan harga beras lokal sangat memberatkan.
"Biasanya saya pilih beras lokal karena lebih murah. Sekarang harganya sudah mendekati beras premium. Mau tak mau harus putar otak atur belanja dapur,” keluhnya.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan, apalagi kebutuhan rumah tangga meningkat jelang tahun ajaran baru.
Menanggapi keluhan warga, Bupati Maros, AS Chaidir Syam menyatakan pihaknya telah meminta Dinas Perdagangan dan Bulog untuk melakukan intervensi pasar.
“Dalam waktu dekat kami akan gelar operasi pasar di beberapa titik, termasuk Pasar Batangase. Tujuannya untuk menekan harga dan membantu meringankan beban warga,” ujarnya.
Chaidir juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aksi borong dan tetap membeli kebutuhan secara wajar.
Lonjakan harga beras lokal ini memperlihatkan masih rentannya rantai pasok pangan di tingkat regional terhadap gangguan iklim. Selain respon jangka pendek seperti operasi pasar, penguatan cadangan pangan daerah dan infrastruktur irigasi menjadi kebutuhan mendesak agar gejolak serupa tidak berulang.